Wednesday 23 April 2008

KETIKA CINTA ( HARUS ) BERTASBIH

Melihat judul ini, pikiran kita langsung akan teringat penulis novel Ayat – Ayat Cinta karangan Habiburrahman karena beliau adalah juga penulis novel Ketika Cinta Bertasbih. Sesungguhnya jika kita sangatlah mencintai Dzat yang patut kita cintai, maka sudah merupakan keharusan bagi kita untuk bertasbih menyebut nama-Nya. Seperti yang tercantum dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 165 : “ Dan diantara manusia ada orang yang menyembah tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat dzalim itu melihat, kektika mereka melihat azab ( pada Hari Kiamat ), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azab-Nya ( niscaya mereka menyesal )”.


Adalah sebuah keberuntungan besar, bahwa Allah SWT menjadikan kita terlahir dari orang tua yang muslim. Coba bayangkan jika orang tua kita bukan muslim, alangkah sulitnya perjalanan yang harus kita lewati untuk mendapatkan hidayah Islam. Cinta Allah yang Maha Besar lah yang membuat kita menerima anugrah yang agung ini.
Betapa pentingnya Syahadatain sehingga Rasulullah SAW marah mendengar laporan bahwa Usamah bin Zaid tetap memenggal kepala musuh yang telah mengucap Syahadatain karena tidak yakin dengan syahadatnya, Rasul SAW berkata :
“ Mengapa tidak kau belah saja dadanya, sehingga engkau tahu isi hati dia sebenarnya!”
Yang menjadi masalah adalah bagaimana sikap kita terhadap Syahadatain. Banyak sekali diantara kita yang mensia –sia kan anugerah tersebut bahkan merasa malu dan merendahkan syahadatnya dengan cara tidak mau mengikuti aturan Allah dan Rasulullah dalam menjalani hidup. Mengapa hal ini bisa terjadi ? Jawaban paling utama adalah ketidak mampuan kita dalam memahami makna yang terkandung dalam Syahadatain.
Ketika kita mengucap dua Kalimat Syahadat, pada hakekatnya kita telah memproklamirkan diri dan membuka identitas kita kepada semua orang bahwa kita adalah seorang Islam. Karena itulah, menjadi suatu keharusan jika mengucapkan Syahadat (masuk Islam) dengan disaksikan oleh orang lain dan akan sangat memalukan jika seseorang yang sudah memplokamirkan diri sebagai muslim tapi dalam kesehariannya melakukan sikap hidup yang tidak sesuai dengan identitasnya.
Syahadatain juga bermakna sumpah dan janji pada Allah untuk bertauhid mengesakan Allah dan menolak ketaatan kepada selain dari Allah, juga sumpah serta janji pada Allah akan mengikuti ajaran Rasulullah. Oleh karena itulah Syahadatain hanya layak diucap ketika sudah ada pembenaran dari hati akan kebenaran risalah Muhammad SAW. Sehingga apa yang diucap pasti dibuktikan dengan amal perbuatan. Jika kita dalam kondisi diatas maka kita disebut beriman pada Allah, dan keimanan tersebut harus selalu ada (Istiqomah) pada diri kita. Akan banyak kita hadapi hal-hal yang membuat iman kita diuji. Membuat iman selalu terjaga adalah sebuah keharusan dengan cara menjauhi maksiat dan mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak melakukan amal shalih. Rasul bersabda :
“ Katakan Aku telah beriman kemudian Istiqomahlah !” (HR. Muslim)
Yang harus dicamkan adalah :
Konsistensi dalam iman dan ketaatan adalah anugrah Allah yang sangat mahal harganya karena ia akan memunculkan keberanian, kenangan dan optimisme sehingga seseorang bisa bebas dari rasa takut, resah dan cemas dalam menjalani hidup, Inilah kebahagian sebenarnya.



SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADATAIN


Tantangan bagi seorang muslim sangatlah banyak apalagi buat seorang muslim, menjadi beriman itu tidaklah cukup sebab mereka juga harus menularkan keimanan itu kepada orang lain. Untuk itul kita perlu mengetahui bagaimana cara mengasah keimanan kita dengan cara melihat seperti apa syahadat kita. Apakah syahadat yang kita ikrarkan sudah memenuhi kelayakan untuk diterima oleh Allah sehingga dengan begitu keimanan selalu menyertai hari-hari kita? Adapun syarat diterimanya Syahadatain adalah :

1. Ilmu yang Menolak Kebodohan
Makna dan konsekwensi Syahadatain hendaklah diketahui secara maksimal karena Islam tidak menerima pengakuan dan pernyataan yang berdasarkan ketidak tahuan. Syahadat yang tidak didasari ilmu akan rapuh karena tidak mengakar sebagai keyakinan dan tidak berbuah amal (QS: 3. 18)
2. Keyakinan yang Menghilangkan Keraguan
Sesorang yang bersyahadat harus yakin ucapannya sebagai sesuatu yang di imaninya sepenuh hati tanpa keraguan. Yakin membawa seseorang pada istiqomah sedangkan ragu membawa kemunafikan
“Orang-orang Arab berkata : Kami telah beriman, tetapi katakanlah, Kami telah tunduk! Karena Iman belum merasuk kedalam hatimu. “ (al Hujurat : 15). Rasulullah bersabda :
“Iman itu bukan angan-angan dan hiasan, Ia adalah sesuatu yang bersemayam dalam hati dan dibenarkan oleh amal perbuatan”
3. Ikhlas yang Tidak Tercederai Kesyirikan
Sahadatain harus diucapkan dengan ikhlas karena Allah dan tidak ada niat lain kecuali mengharap ridhonya, jika tidak maka Syahadat tidak dikabulkan oleh Allah.
4. Jujur Bukan Dusta
Syahadatain kita harus benar-benar dari hati tidak tercampuri sedikitpun oleh dusta. Jujur menghasilkan ketaatan dan amanah sendang dusta membawa kemaksiatan dan penghianatan. (QS 33 : 23-24), (QS 29 : 2-3)
5. Cinta Bukan Benci dan Terpaksa
Syahadatain yang diucapkan harus disertai cinta bukan keterpaksaan apalagi kebencian. Cinta adalah rasa suka yang melapangkan dada. Ia merupakan ruh dari ibadah, sedangkan Syahadatain merupakan ibadah yang paling utama. Dengan cinta, segala beban akan terasa ringan, tuntutan Syahadatain akan dapat dilaksanakan dengan mudah (QS 2: 165) QS (9 : 24)
6. Menerima Tanpa Penolakan Sedikitpun
Ketika seseorang mengucap Syahadatain, dia harus sadar bahwa dia harus menerima semua Konsekwensi Syahadatain tersebut. Tidak ada keberatan tanpa rasa terpaksa sedikitpun. Baginya tidak ada pilihan lain kecuali Kitabullah dan Sunnah Rasul. Ia senantiasa siap untuk mendengar, tunduk, patuh dan taat terhadap perintah Allah SWT dan Rasul Nya (QS 4 : 65)
7. Bekerja Melaksanakan Tuntutan Islam dan Tidak Diam
Syahadatain menuntut amal sebagai buktinya. Pelaksanaan ajaran Islam untuk diri, keluarga maupun masyarakat adalah aplikasi Syahadatain (QS 9 : 105) (QS 16 : 97)
8. Ridhlo
Ridhlo pada Allah atas apa yang dikehendaki-Nya pada diri kita, pada alam, dan kehendak Nya agar kita melaksanakan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Ridhlo pada Rasul dalam arti mau mengikuti ajaran Nya
Ridhlo pada Islam, komitmen dan bersungguh-sungguh meninggikan Nya.





BEBERAPA HAL YANG MEMBATALKAN SYAHADAT

Syahadatain begitu berat diperjuangkan oleh para sahabat dan Nabi SAW, bahkan mereka tidak takut terhadap segala ancaman orang kafir. Sahabat Bilal misalnya, tahan menerima himpitan batu besar di siang hari yang panas tak terkira. Habib berani menghadapi siksaan yaitu dipotong rubuhnya satu persatu oleh orang yang mengaku sebagai Nabi yang bernama Musailamah. Mengapa mereka dapat bertahan seperti itu? Karena mereka sadar akan resiko Syahadatain dan mereka tidak ingin membatalkan Syahadatnya. Apa sajakah yang dapat membatalkan Syahadatain tersebut :

1. Syirik
Syirik artinya menyekutukan Allah SWT, mensejajarkan kedudukan Allah dengan yang lain atau membuat tandingan bagi Allah. Allah sangat marah bahkan tidak mengampuni dosa orang musyrik karena mereka menodai eksistensi dan otoritas keMaha Esa-an Nya. Perilaku Syirik terkadang terjadi tanpa kita sadari. Kecintaan dan Ketaatan kepada sesuatu, seperti harta, kekuasaan, anak dll membuat kita mensejajarkan mereka dengan Allah. Karena itulah Allah menuntut Cinta kepada Nya lebih daripada Cinta kita kepada apapun selain Nya (QS 2 : 165) (QS 8: 2) (QS 31 : 13) (QS 4 : 48) (QS 39 : 65)
2. Murtad
Menyatakan diri keluar dari Islam. Penyebab kemurtadan bermacam-macam bisa karena kejahatan seseorang terhadap Islam, himpitan ekonomi, mengikuti agama pasangan, dll. Jika seseorang memilih keluar dari Islam lalu akhirnya sadar dan masuk lagi, maka ke Islamannya diterima, tetapi jika hal tersebut berlangsung selama 3x, maka orang tersebut tidak diterima keIslaman-nya jika mereka mau menjadi Islam kembali. (QS 4 :147)
3. Ingkar Terhadap Salah Satu dari Rukun Islam dan Rukun Iman
Khalifah Abu Bakar ash Shiddiq memerangi orang yang mengingkari Zakat, peperangan tersebut dikenal dengan nama perang “Riddah” atau perang melawan orang murtad karena ingkar Zakat
4. Ingkar Terhadap Salah Satu Asma dan Sifat Allah SWT
Tidak meyakini salah satu dari nama Allah yang berjumlah 99 yang telah Allah berikan sendiri bagi Nya, adalah mengurangi ke-Ilahian Allah, begitu juga dengan menambah nama Allah dengan nama yang tidak pernah Allah berikan pada diri Nya, merupakan celaan pada Nya. Oleh karena itu, hal tersebut merupakan kedhloliman besar yang menyebabkan kemurtadannya. Hal yang sama terjadi jika kita ingkar kepada Sifat-sifat atau salah satu sifat yang Allah berikan pada diriNya. Atau kita menambah sifat lain yang tidak Allah sifatkan sifat tersebut pada Nya.